Membaca Yuuk!
“Memupuk Literasi, Tingkatkan Kualitas Diri” adalah vision statement Yayasan MaPa dalam menjalankan program kerjanya. Apa sih yang dimaksud dengan LITERASI itu? mengapa penting untuk ditumbuh kembangkan dan dipupuk sejak dini? dan mengapa hal ini harusnya menjadi kerja kita bersama, untuk mempersiapkan generasi muda, penerus bangsa?
Dalam istilah Bahasa Indonesia, LITERASI berpadanan arti dengan kata KEBERAKSARAAN, yaitu kemampuan menulis dan membaca. Dalam bahasa Inggris, literacy artinya kemampuan membaca dan menulis (the ability to read and write). Menurut UNESCO, literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi, melakukan komunikasi dan mengolah (sesuatu atau beberapa hal) secara tertulis atau tercetak, yang berhubungan dengan berbagai konteks. Literasi mencakup suatu proses belajar yang berkelanjutan dan kontinu, yang membuat seorang individu dapat mencapai tujuannya, membangun pengetahuan dan potensinya, serta mampu berpartisipasi penuh dalam komunitasnya dan masyarakat secara luas (UNESCO, 2004; 2017). Menurut organisasi Education Development Center (EDC), literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan keterampilan (skills) yang dimilikinya dalam kehidupan.
Dewasa ini, pendidikan literasi dipandang sangat penting dan gencar dilakukan oleh para praktisi pendidikan guna mencetak individu yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, namun juga memiliki pola pikir kritis dan logis. Jadi tujuan utama literasi bukan hanya menekankan pada kemampuan anak untuk membaca atau menulis. Kemampuan tersebut sebenarnya hanya menjadi landasan bagi tujuan yang lebih luas, yakni membentuk generasi yang mampu berpikir kritis dalam mengolah setiap informasi yang ia diperoleh. Selanjutnya dalam praktek upaya memupuk literasi ini tidak hanya bergantung pada pelajaran yang didapat di sekolah. Tapi lebih dari itu, peranan orang tua juga sangat krusial dalam proses tumbuh kembang anak-anaknya kelak.
Bagaimana dengan peran masyarakat sekitar? tentu ini adalah juga bagian dari tanggung jawab kita bersama, untuk menanamkan pentingnya literasi. Bagaimana tidak, masih banyak orang tua di luar sana yang lebih mementingkan kehadiran gadget, beli pulsa atau beli rokok daripada membelikan buku bagi anaknya. Di berbagai wilayah di Indonesia, buku tidaklah dipandang sebagai hal yang penting. Maka bisa jadi orang tua bersama anak pergi ke pasar atau jalan-jalan ke mall, namun mereka tidak melihat toko buku sebagai sasaran belanja. Kemungkinan besar banyak anak sepanjang usia sekolah dari TK, SD, SMP tidak pernah dibelikan buku oleh orang tuanya. Keadaan inilah yang harusnya kita soroti dan menjadi keprihatinan bersama yang butuh tindak lanjut segera. Tahun 2019 survei dari PISA (Program for International Student Assessment) yang dirilis OECD, mencatat bahwa minat baca masyarakat Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara, atau berada pada urutan 10 negara terbawah. Sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen, artinya diantara 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang gemar membaca.
Salah satu penyebab dari rendahnya minat baca masyarakat kita adalah kurangnya akses terhadap bahan bacaan, terutama di daerah terpencil. Buku pun dianggap harganya mahal, sehingga tidak menjadi prioritas untuk dimiliki. Memang tidak mudah untuk membangkitkan minat baca, apalagi di masa kini dimana serbuan tayangan media sosial membuat anak seolah jadi lupa akan keberadaan buku. Sangat memprihatinkan!
Oleh karenanya ayo kita bersemangat untuk menyemai literasi ini, setidaknya dengan langkah sederhana, yakni memperbanyak akses anak-anak Indonesia terhadap bahan bacaan bermutu, sehingga menumbuhkan minat baca mereka. Buku adalah jendela dunia dan melalui instrumen ini kita bangun generasi muda yang berkualitas.